Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning)
1.
Strategi Belajar Mengajar
Pada setiap
pengajaran ada tujuan yang harus dicapai dan untuk pencapaian tujuan tersebut
kita perlu menyampaikan topik – topik yang
didalamnya ada konsep – konsep yang harus sampai pada siswa, dan untuk
itu diperlukan pendekatan tertentu seperti pemecahan masalah , latiahan soal ,
latih – hafal dan mungkin dengan pendekatan yang lainnya.
Andi Hakim
Nasution menyatakan bahwa dalam suatu pengajaran yang berkaitan dengan suatu
materi kurikulum tertentu prinsip keterlaksanaan dipenggaruhi oleh empat
komponen pokok yaitu pembawa materi , penyaji materi , pendekatan dan penerima
materi. Pengaturan materi kurikulum tersebut dinamakan strategi belajar
mengajar.
Strategi
merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai
tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai ”a plan,
method, or series of activities designed to achieves a particular educational
goal”[1]
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai ”perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.[2]
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini adalah
tujuan pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah ”suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien”.[3]
Dilain pihak Dick & Carey menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah
”suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama
untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa”.[4]
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu di
perhatikan oleh seorang instruktur, guru dalam proses pembelajaran. Paling
tidak ada 3 jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni:
(a) strategi pengorganisasian pembelajaran
(b) strategi penyampaian pembelajaran,
dan
(c) strategi pengelolaan pembelajaran.
2.
Strategi Pembelajaran Aktif
a.
Pengertian Strategi
Pembelajaran Aktif
Menurut
Rosyada pembelajaran aktif adalah ”belajar yang memperbanyak aktivitas siswa
dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, untuk dibahas dalam
proses pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang
tidak saja menambah pengetahuan, tapi juga kemampuan analisis dan sintesis”.[5] Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan
penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga semua siswa dapat
mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang
mereka miliki. Di
samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk
menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Beberapa
penelitian membuktikan bahwa perhatian siswa berkurang bersamaan dengan
berlalunya waktu. Penelitian Pollio menunjukkan bahwa ”siswa dalam ruang kelas
hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang
tersedia. Sementara penelitian McKeachie (1986) menyebutkan bahwa dalam sepuluh
menit pertama perthatian siswa dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi
20% pada waktu 20 menit terakhir”. Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi
umum yang sering terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya
terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan siswa di
ruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual,
sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan.
Sebagaimana yang diungkapkan Konfucius:
· Apa
yang saya dengar, saya lupa
· Apa
yang saya lihat, saya ingat
· Apa
yang saya lakukan, saya paham
Ketiga
pernyataan ini menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang
dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan di
atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses
pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran.[6]
Mel
Silberman memodifikasi
dan memperluas pernyataan Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan
belajar aktif (active learning), yaitu:
· Apa
yang saya dengar, saya lupa
· Apa
yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
· Apa
yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman
lain, saya mulai paham
· Apa
yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan
dan keterampilan
· Apa
yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai
Strategi
merupakan istilah lain dari pendekatan, metode atau cara. Di dalam kepustakaan pendidikan istilah-istilah tersebut
di atas sering digunakan secara bergantian. Menurut Udin S. Winataputra &
Tita Rosita istilah strategi secara harfiah adalah akal atau siasat. Sedangkan
strategi pembelajaran diartikan sebagai urutan langkah atau prosedur yang digunakan
guru untuk membawa siswa dalam suasana tertentu untuk mencapai tujuan
belajarnya.
Sedangkan
pembelajaran aktif menurut Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani
adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara
aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi
aktifitas pembelajaran. Di sisi lain,[7]
menyatakan lingkungan fisik dalam kelas dapat mendukung atau menghambat
kegiatan belajar aktif. Sehingga dari pernyataan tersebut perlengkapan kelas
perlu disusun ulang untuk menciptakan formasi tertentu yang sesuai dengan
kondisi belajar siswa. Namun begitu di
tidak ada satu susunan atau tata letak yang mutlak ideal, namun ada banyak
pilihan yang tersedia. Sepuluh kemungkinan susunan tata letak meja dan kursi
yang disarankan sebagai berikut: bentuk U, gaya tim, meja konferensi,
lingkaran, kelompok pada kelompok, ruang kerja, pengelompokan berpencar,
formasi tanda pangkat, ruang kelas tradisional, auditorium. Sejalan dengan
pendapat tersebut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman menyatakan penggunaan
meja, kursi dan papan tulis berroda lebih memungkinkan berlangsungnya proses
interaksi belajar dan membelajarkan yang bergairah.
Aktifitas
siswa belajar di kelas terwujud bila terjadi interaksi antar warga kelas. Boakes menyatakan bahwa di dalam
interaksi ada aktifitas yang bersifat resiprokal (timbal balik) dan berdasarkan
atas kebutuhan bersama, ada aktifitas daripada pengungkapan perasaan, dan ada
hubungan untuk tukar-menukar pengetahuan yang didasarkan take and give, yang semuanya dinyatakan dalam bentuk tingkah laku dan
perbuatan. Lebih lanjut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman menyatakan hubungan
timbal balik antar warga kelas yang harmonis dapat merangsang terwujudnya
masyarakat kelas yang gemar belajar. Dengan demikian, upaya mengaktifkan siswa
belajar dapat dilakukan dengan mengupayakan timbulnya interaksi yang harmonis
antar warga di dalam kelas. Interaksi ini akan terjadi bila setiap warga kelas
melihat dan merasakan bahwa kegiatan belajar tersebut sebagai sarana memenuhi
kebutuhannya. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, berdasarkan teori
kebutuhan Maslow, Silberman menyatakan kebutuhan akan rasa aman harus
dipenuhi sebelum bisa dipenuhinya kebutuhan untuk mencapai sesuatu, mengambil
resiko, dan menggali hal-hal baru.[8]
Dari
pembahasan di atas, tip – tip dibawah ini dapat digunakan guru untuk mengarah
pada strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar:
1)
Selalu berpenampilan menarik dan penuh wibawa.
Kesan
pertama siswa saat bertemu gurunya adalah fisik dari guru tersebut. dengan
penampilan yang menarik dan penuh wibawa akan membuat kesan yang positif dari
siswa, sehingga dengan mudah guru akan dapat membawa siswa kedalam suasana
belajar yang guru inginkan.
2)
Manfaatkan pertemuan pertama dengan siswa untuk
perkenalan antar warga kelas.
Tunjukkan cara-cara
belajar matematika yang baik, buatlah kesepakatan (kontrak) terkait norma-norma
yang harus dipatuhi oleh warga kelas.
3)
Buatlah formasi
Tata letak
meja, kursi, pajangan dinding, dan perabot kelas yang lain sesuai dengan
kesepakatan warga kelas dan kebutuhan.
4)
Siapkan semua peralatan yang akan digunakan di dalam ruang kelas
sebelum memulai pembelajaran.
5)
Mulailah proses belajar mengajar dengan materi
yang ringan
Tetapi menantang
yang dapat merangsang siswa turut aktif berfikir. Kemudian masuk pada materi
yang akan kita ajarkan dengan senantiasa melibatkan siswa dalam proses belajar
mengajar. Misalkan senantiasa mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi
yang kita ajarkan agar siswa lebih mudah memahami materi yang kita berikan.
6)
Selalu memulai dan mengakhiri pembelajaran tepat
waktu serta dengan salam yang menghangatkan, yaitu salam penuh kasih dan
hormat.
7)
Gunakan bahasa yang santun, hormat, dan dengan
nada bicara yang lembut.
8)
Memahami dan menghormati berbagai perbedaan yang
ada.
9)
Menghormati kerahasiaan
setiap siswa
10)
Tidak merendahkan dan
mencemooh siswa
11)
Memberi kesempatan yang
sama kepada semua siswa untuk bicara dan jangan mengintrupsi pembicaraan siswa
12)
Bila seorang siswa
mengemukakan pendapat, jadilah pendengar yang baik dan selanjutnya berikan
kesempatan kepada siswa lain untuk
memahaminya dan memberikan komentarnya.
13)
Memahami dan menghormati pendapat setiap siswa,
bila perlu melancarkan kritik: gunakan bahasa yang mengayomi, dan bila kritik
bersifat pribadi seyogyanya dilakukan di ruang khusus.
14)
Sekali waktu, berilah
kesempatan kepada siswa untuk memberikan saran atau kritik guna perbaikan
proses pembelajaran.
15)
Sediakan waktu untuk berkomunikasi dengan siswa di
luar kelas.
Thorndike mengemukakan 3 hukum belajar,
yaitu :
1.
Law of readiness, yaitu kesiapan
seseorang untuk berbuat dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan
respons.
2.
Law of exercise, yaitu dengan adanya
ulangan-ulangan yang selalu dikerjakan maka hubungan antara stimulus dan
respons akan menjadi lancar
3.
Law of effect, yaitu hubungan
antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik jika dapat menimbulkan
hal-hal yang menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu diulang.[9]
Pembelajaran pada dasarnya
merupakan pemberian stimulus
kepada siswa, agar terjadinya respons yang positif pada diri siswa. Kesediaan
dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses belajar mengajar akan mampu
menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus yang mereka terima dalam
pembelajaran. Respons akan menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat. Hubungan
antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik kalau dapat menghasilkan
hal-hal yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan
mampu memberi kesan yang mendalam pada diri siswa, sehingga mereka cenderung
akan mengulang aktivitas tersebut. Akibat dari hal ini adalah siswa mampu
mempertahan stimulus dalam memory mereka dalam waktu yang lama (longterm
memory), sehingga mereka mampu merecall apa yang mereka peroleh dalam
pembelajaran tanpa mengalami hambatan apapun.
Active
learning
(belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar
stimulus dan respons siswa dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi
hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi siswa. Dengan
memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada siswa dapat
membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada
tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada
pembelajaran konvensional.
Dalam
metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru
harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya.
Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang
sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi
yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang
tinggi untuk belajar.[10]
Dari
uraian di atas dapat ditarik beberapa perbedaan antara pendekatan pembelajaran Active
learning (belajar aktif) dan pendekatan pembelajaran konvensional, yaitu:
Pembelajaran
Konvensional
|
Pembelajaran
Active Learning
|
Berpusat
pada guru
|
Berpusat pada siswa
|
Kurang menyenangkan
|
Sangat menyenangkan
|
Kurang memberdayakan
semua indera dan potensi siswa
|
Membemberdayakan
semua indera dan
potensi siswa
|
Menggunakan metode
yang monoton
|
Menggunakan banyak
metode
|
Kurang banyak media
yang digunakan
|
Menggunakan banyak
media
|
Tidak perlu
disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada
|
Disesuaikan dengan
Pengetahuan yang sudah ada[11] |
Perbandingan di atas dapat
dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan strategi pembelajaran active
learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di kelas. Selain itu beberapa
hasil penelitian yang ada menganjurkan agar siswa tidak hanya sekedar
mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi,
atau bersama-sama dengan anggota kelas yang lain
dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat siswa
menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan
berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan
mengevaluasi. Dalam konteks ini, maka ditawarkanlah strategi-strategi
yang berhubungan dengan belajar aktif. Dalam arti kata menggunakan teknik active
learning (belajar aktif) di kelas menjadi sangat penting karena memiliki
pengaruh yang besar terhadap belajar siswa.
b. Aplikasi Active learning (belajar
aktif) dalam Pembelajaran
L. Dee Fink
mengemukakan, model active learning (belajar aktif) sebagai berikut ”Dialog dengan diri sendiri
adalah proses di mana siswa mulai berpikir secara reflektif mengenai topik yang
dipelajari”. Mereka menanyakan pada diri mereka sendiri mengenai apa
yang mereka pikir atau yang harus mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan
mengenai topik yang dipelajari. Pada tahap ini guru dapat meminta siswa untuk
membaca sebuah jurnal atau teks dan meminta mereka menulis apa yang mereka
pelajari, bagaimana mereka belajar, apa pengaruh bacaan tersebut terhadap diri
mereka.[12]
Dialog
dengan orang lain bukan dimaksudkan sebagai dialog parsial sebagaimana yang
terjadi pada pengajaran tradisional, tetapi dialog yang lebih aktif dan dinamis
ketika guru membuat diskusi kelompok kecil tentang topik yang dipelajari.
Observasi terjadi
ketika siswa memperhatikan atau mendengar seseorang yang sedang melakukan
sesuatu hal yang berhubungan dengan apa yang mereka pelajari, apakah itu guru
atau teman mereka sendiri. Doing atau berbuat merupakan aktivitas
belajar di mana siswa berbuat sesuatu, seperti membuat suatu eksperimen, mengkritik
sebuah argumen,
atau sebuah tulisan dan lain sebagainya.
Ada
banyak metode yang dapat digunakan dalam menerapkan active learning (belajar
aktif) dalam pembelajaran di sekolah. Mel Silberman mengemukakan 101
bentuk metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran aktif. Kesemuanya dapat
diterapkan dalam pembelajaran di kelas sesuai dengan jenis materi dan tujuan
yang diinginkan dapat dicapai oleh anak. Metode tersebut diantaranya Question Student
Have (Pertanyaan Peserta Didik), reconnecting (menghubungkan
kembali), dan lain sebagainya”.
Adapun penjelasan dari beberapa
macam metode dalam pembelajaran active learning adalah sebagai berikut.
1.
Question Student Have (Pertanyaan Peserta
Didik)
Metode
Question Student Have ini digunakan untuk mempelajari tentang keinginan
dan harapan siswa sebagai dasar untuk memaksimalkan potensi yang mereka miliki.
Metode ini menggunakan sebuah teknik untuk mendapatkan partisipasi siswa
melalui tulisan. Hal ini sangat baik digunakan pada siswa yang kurang berani
mengungkapkan pertanyaan, keinginan dan harapan-harapannya melalui percakapan.
Prosedur:
a. Bagikan
kartu kosong kepada siswa
b. Mintalah
setiap siswa menulis beberapa pertanyaan yang mereka miliki tentang mata
pelajaran atau sifat pelajaran yang sedang dipelajari
c. Putarlah
kartu tersebut searah keliling jarum jam. Ketika setiap kartu diedarkan pada
peserta berikutnya, peserta tersebut harus membacanya dan memberikan tanda cek
di sana jika pertanyaan yang sama yang mereka ajukan
d. Saat
kartu kembali pada penulisnya, setiap peserta telah memeriksa semua pertanyaan
yang diajukan oleh kelompok tersebut. Fase ini akan mengidentifikasi pertanyaan
mana yang banyak dipertanyakan. Jawab masing-masing pertanyaan tersebut dengan
:
1)
Jawaban
langsung atau berikan jawaban yang berani
2) Menunda
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut sampai waktu yang tepat
3) Meluruskan
pertanyaan yang tidak menunjukkan suatu pertanyaan\
e. Panggil
beberapa peserta berbagi pertanyaan secara sukarela, sekalipun pertanyaan
mereka tidak memperoleh suara terbanyak
f. Kumpulkan
semua kartu. Kartu tersebut mungkin berisi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin
dijawab pada pertemuan berikutnya.
Variasi
:
a. Jika
kelas terlalu besar dan memakan waktu saat memberikan kartu pada siswa, buatlah
kelas menjadi sub- kelompok dan lakukan instruksi yang sama. Atau kumpulkan
kartu dengan mudah tanpa menghabiskan waktu dan jawab salah satu pertanyaan
b. Meskipun
meminta pertanyaan dengan kartu indeks, mintalah peserta menulis harapan mereka
dan atau mengenai kelas, topik yang akan anda bahas atau alasan dasar untuk
partisipasi kelas yang akan mereka amati.
c. Variasi
dapat pula dilakukan dengan meminta peserta untuk memeriksa dan menjawab semua
pertanyaan yang diajukan oleh kelompok tersebut, sehingga fase ini akan dapat
mengidentifikasi pertanyaan mana yang mendapat jawaban terbanyak, sebagai
indikasi penguasaan anak terhadap objek yang dipertanyakan.
2.
Reconnecting (menghubungkan
kembali)
Metode
reconnecting (menghubungkan kembali) ini digunakan untuk mengembalikan perhatian
siswa pada pelajaran setelah beberapa saat tidak melakukan aktivitas tersebut.
Prosedur
: :
1. Ajaklah siswa kembali kepada pelajaran.
Jelaskan pada siswa bahwa menghabiskan beberapa menit untuk mengaitkan kembali
pelajaran dengan pengetahuan anak akan memberi makna yang berarti.
2. Tentukan satu atau lebih dari
pertanyaan-pertanyaan berikut ini kepada para peserta didik
• Apa saja yang masih anda ingat
tentang pelajaran terakhir kita ? apa saja yang masih bertahan dalam diri anda
?
• Sudahkah anda membaca / berpikir
/melakukan sesuatu yang dirangsang oleh pelajaran terakhi kita ?
• Pengalaman menarik apa yang telah
anda miliki di antara pelajaran-pelajaran?
• Apa saja yang ada dalam pikiran anda
sekarang (misal nya sebuah kekhawatiran) yang mungkin mengganggu kemampuan anda
untuk memberi perhatian pebuh terhadap pelajaran hari ini?
3. Dapatkan respons dengan menggunakan
salah satu format, seperti sub-kelompok atau pembicara dengan urutan panggilan
berikutnya
4. Hubungkan dengan topik sekarang
Variasi :
1. Lakukan sebuah ulasan tentang pelajaran
yang telah lalu
2. Sampaikan dua pertanyaan, konsep atau
sejumlah informasi yang tercakup dalam pelajaran yang lalu. Mintalah peserta
didik untuk memberikan suara terhadap sesuatu yang paling mereka sukai agar
anda mengulas pelajaran tersebut. Ulaslah pertanyaan, konsep, atau informasi
yang menang.
PENUTUP
Simpulan :
Menurut Rosyada pembelajaran
aktif adalah ”belajar yang memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses
berbagai informasi dari berbagai sumber, untuk dibahas dalam proses
pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak
saja menambah pengetahuan, tapi juga kemampuan analisis dan sintesis”.[13] Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan
penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga semua siswa dapat
mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang
mereka miliki. Di
samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk
menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Tenaga
Kependidikan. 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Direktorat Tenaga
Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Online diakses di http://www.teknologipendidikan.net/wp-content/uploads/2009/10/14-KODE-03-B5-Strategi-Pembelajaran-dan-Pemilihannya.pdf/2012/05/11/10:20.
Sholahuddin. 2010. Strategi
Pembelajaran Aktif Learning. Online diakses http://sholahuddin.edublogs.org/2010/05/03/strategi-pembelajaran-active-learning-2/
/2012/05/11/10:25.
Sudrajat, Akhmad. 2008.
Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model
Pembelajaran. Online diakses di http://www.psb-psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran/2012/05/11/09:00.
Dalvin. 2006. Upaya
Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Agama dengan
Menggunakan Metode Belajar Aktif Tipe Quiz Team. Jurnal Guru.
Silberman, Mel, Active
Learning. 101 Strategi Pembelajaran Aktif (terjemahan Sarjuli et al.).
Yogyakarta, Yappendis, 2004.
Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta,
Andi Offset, 1997.
Mulyasa, E., Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung,
Remaja Rosdakarya, 2004.Hartono, 2010.
Pembelajaran Active
Learning. Online diakses di http://edu-articles.com/strategi-pembelajaran-active-learning//
Purwati. 2010. Active
Learning. Online diakses di http://etd.eprints.ums.ac.id/3600/1/G000060119.pdf,
/2012/05/11/08:00.
[1] Direktorat
Tenaga Kependidikan. 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Direktorat
Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Online diakses di http://www.teknologipendidikan.net/wp-content/uploads/2009/10/14-KODE-03-B5-Strategi-Pembelajaran-dan-Pemilihannya.pdf/2012/05/11/10:20.
[2] Sholahuddin. 2010.
Strategi Pembelajaran Aktif Learning. Online diakses http://sholahuddin.edublogs.org/2010/05/03/strategi-pembelajaran-active-learning-2/ /2012/05/11/10:25.
[3] Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian Pendekatan,
Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran. Online diakses di http://www.psb-psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran/2012/05/11/09:00.
[4]
Op. Cit.
[5] Dalvin. 2006. Upaya
Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Agama dengan
Menggunakan Metode Belajar Aktif Tipe Quiz Team. Jurnal Guru.
[6]
Op.Cit
[7] Silberman,
Mel, Active Learning. 101 Strategi Pembelajaran Aktif (terjemahan
Sarjuli et al.). (Yogyakarta: Yappendis, 2004), h. 35-41.
[8] Ibid, h. 30.
[9] Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum. (Yogyakarta:
Andi Offset, 1997)
[10] Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
Konsep, Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
h. 241.
[11] Hartono,
2010. Pembelajaran Active Learning. Online diakses di http://edu-articles.com/strategi-pembelajaran-active-learning//2012/05/11/09:30
[12] Purwati.
2010. Active Learning. Online diakses di http://etd.eprints.ums.ac.id/3600/1/G000060119.pdf, /2012/05/11/08:00.